Tulisan Baru

Thursday, 18 December 2014

‪NgajiTafsir‬ (Surat an-Nisa` (4) ayat 86:



وَإِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوْهَا
Ayat ini memerintahkan agar bila kita diberi penghormatan (tahiyyat), maka sepatutnya kita memberi balasan penghormatan yg lebih baik atau paling tidak yg sepadan. Antara yg dimaksud dg “penghormatan” adalah mengucapkan salam. Berikut antara hal2 terkait adab memberi dan menjawab salam:

(1) Apabila diberi “salam”, maka selayaknya kita menjawab dg yg lebih sempurna. Bila seseorang mengatakan: “السلام عليكم”, maka sebaiknya kita menjawab dg: “السلام عليكم ورحمة الله”;

bila orang tersebut menyatakan dg: “السلام عليكم ورحمة الله”, maka sepatutnya kita menyambut dg: “السلام عليكم ورحمة الله وبركاته”; 
bila salam sudah disampaikan secara komplit: “السلام عليكم ورحمة الله وبركاته”, maka selayaknya kita menjawab dg: “والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته”. Tambahan huruf wawu merupakan bentuk penghormatan kita dalam memberi balasan yg lebih baik.

(2) Pentingnya “salam” itu sebanding dg pentingnya ziarah. Apabila ziarah adalah kunci saling mencintai, maka demikian halnya dg salam. Nabi shallallahu ‘alayh wasallam bersabda: “ألا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم: أفشوا السلام بينكم” (Adakah kalian mau saya beritahu suatu perkara yg apabila kalian melakukannya, maka kalian akan saling mencintai: sebarkanlah salam di antara kalian). Pentingnya keduanya juga diketahui melalui anjuran untuk melakukannya, bahkan terhadap yg sudah meninggal atau yg ghaib, seperti dalam anjuran untuk ziarah kubur dan anjuran mengucapkan salam saat masuk kawasan pekuburan.
(3) “Salam” itu doa, karena itu menjawab salam hukumnya wajib. Ini menunjukkan pentingnya ‘menjawab’ sebagai respon dan bentuk perhatian kita terhadap pemberi salam. Ini berlaku bahkan terhadap orang kafir. Apabila memberi salam kepada orang kafir adalah dilarang, maka menjawab salam mereka harus tetap dilakukan. Panduan Nabi dalam menjawab salam orang kafir cukup dg ungkapan: “وعليكم” (Semoga demikian halnya keadaanmu).
(4) “Salam” dg: “السلام عليكم ورحمة الله وبركاته” merupakan ketentuan agama yg tidak boleh diganti dg ungkapan2 lain. Ini adalah salam internasional bagi kaum muslimin yg berlaku global. Ungkapan tersebut sama dg adzan, takbiran dan lafadz2 shalat yg tak tergantikan karena mengandung banyak hal, seperti: doa, syiar Islam, cerminan persaudaraan dan ungkapan kasih sayang sesama muslim. Barangkali kita bisa menyatakan “Selamat pagi, selamat datang, hallo, permisi atau nderek langkung” sebagai “greeting”, tapi itu semua tidak mencerminkan syiar sebagaimana yg terdapat dalam ungkapan “assalamu ‘alaykum”.
Gus  Hilmy Muhammad

0 comments: