khutbah Idul Adha
Khutbah Ke I
9x اللهُ اَكْبَرْ
اللهُ اَكْبَرْكَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً ، لاَ إِلَهَ إِلاّ الله وَلَهُ الْحَمْدُ فِى السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِيْنَ تُظْهِرُوْن.
اللهُ اَكْبَرْ3X وَللهِ الْحَمْد. الْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ بَسَطَ لِعِبَادِهِ مَوَاعِدَ إِحْسَانِهِ وَإِنْعَامِه ، وَأَعَادَ عَلَيْنَا فِى هَذِهِ الأَيَّاّمِ عَوَائِدَ بِرِّهِ وَإِكْرَامِه ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى جَزِيْلِ إِفْضَالِهِ وَ إِمْدَادِهْ ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ جُوْدِهِ بِعِبَادِهِْ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فِىْ مُلْكِهْ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَشْرَفُ عِبَادِهِ وَزُهَّادِهْ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا أُمَرَاءَ الْحَجِيْجِ لِبِلاَدِ اللهِ الْحَرَامِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
اللهُ اَكْبَرْ3 X وَللهِ الْحَمْد ، أَمَّا بَعْدُ :
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِْ وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمُ الْعِيْدِ الأكْبَرْ وَيَوْمُ الْحَجِّ الأَفْخَرْ وَيَوْمٌ ابْتَلَى اللهُ خَلِيْلَهُ إِبْرَاهِيْمَ – عَلَيْهِ السَّلاَمْ – وَأَبَانَ اللهُ فَضِيْلَتَهُ لِلأْنَامِ فَتَقرَّبُوا – رَحِمَكُمُ اللهُ تَعَالَى – بِذَبَائِحِكُمْ وَعَظِّمُوْا شَعَائِرَ رَبِّكُمْ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُفْلِحُوْنْ
Allahu Akbar 3X walillahil hamd.
Sepanjang malam Gemuruh kalimat takbir, tahlil dan tahmid berkumandang bersahutan menggetarkan hati, menyentuh kalbu jiwa-jiwa yang beriman, lalu pagi ini dengan penuh kebersamaan walau dalam perbedaan ada yang datang berjalan kaki,memakai kendaraan, berjalan cepat atau memakai tongkat, laki-laki dan perempuan, tua-muda, yang sedih atau gembira semua datang untuk berjamaah bersama dihamparan bumi Allah menghidupkan sunnah sebagai bukti rasa cinta kepada Rasulullah SAW.
Sementara saudara-saudara kita yang menjadi tamu Allah ditanah suci dengan busana ihram yang sama mereka sedang berjuang keras melaksanakan rangkaian ibadah haji, tanggal 8 Dzilhijjah mereka berangkat dari Makkah menuju ‘Arafah, tanggal 9 Dzilhijjah setelah tergelincir matahari mereka melaksanakan wukuf dipadang‘Arafah. Pada malam harinya, mereka mabit di Muzdalifah dan mengumpulkan krikil untuk melontar Jumrah di Mina. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan yang akan mengingatkan kita pada saat kita berada dipadangal Makhsar.
Ya Allah semoga saudara-saudara kami yang sedang bertamu ke Rumah-MU diberikan kemudahan dan kesabaran, serta dapat kembali ke tanah air mereka dalam keadaan Mabrur. Amin Ya Rabbal ‘alamin
Allahu Akbar 3X walillahil hamd.
Bulan ini adalah bulan Dzil Hijjah, dimana didalamnya ada beberapa kejadian besar dalam sejarah Islam, dalam sebuah hadist Rasulullah saw. menerangkan : Nabi Adam ‘alaihissalam diterima taubatnya oleh Allah pada tanggal 1 Dzil Hijjah setelah sekian ratus tahun bertaubat. Do’a Nabiyullah Yunus ‘alaihisalam Diijabahi oleh Allah SWT dan dikeluarkan dari perut ikan pada hari kedua bulan Dzil Hijjah, pada hari ketiga do’anya Nabiyullah Zakariya ‘alaihissalam dikabulkan oleh Allah, pada bulan ini pula yakni tanggal empat Dzil Hijjah Nabiyullah Isa ‘alaihissalam dilahirkan. Demikian pula Nabiyullah Musa ‘laihissalam dilahirkan pada hari kelima di bulan Dzil Hijjah ini. Namun demikian kejadian yang besar yang tidak mungkin dilupakan oleh umat Islam adalah tarih atau sejarah ketaatan atau ketaqwaan seorang Kholilullah Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya yang kita peringati pada hari ini.
Dalam kehidupan ini seringkali harta bisa membuat manusia lupa pada Allah SWT Yang Maha Kaya, seringkali pangkat dan jabatan kedudukan menjadikan manusia semakin jauh dari Dzat Yang Memberi dan Mengambil pangkat dan jabatan, Namun yang paling banyak kita jumpai adalah kecintaan seseorang terhadap istri dan anaknya mampu mengurangi kecintaan dan ibadahnya kepada Allah Rabbil ‘Izzati.
Dikisahkan sebelum Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam adalah Nabi yang sangat dermawan ia biasa menyembelih seribu ekor domba, tigaratus lembu dan seratus ekor unta untuk sabilillah, banyak orang yang berdecak kagum bahkan para malaikatpun menganguminya. Melihat dan mendengar kekaguman tersebut Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata : Kalau saja aku punya seorang anak dan Allah meminta agar aku mengorbankannya maka niscaya akan aku korbankan dia.
Pada malam tarwiyyah tanggal 8 Dzil Hijjah Allah menguji ketaqwaan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau bermimpi diperintah “penuhilah nadzarmu” yaitu menyembelih putra kesayangannya. Waktu itu Nabi Ibrahim belum yakin dan dan masih berfikir apakah perintah itu datang dari Allah atau hanya dari syaitan yang ingin merusak keharmonisan rumah tangganya ( يَتَرَوَّىْ إِبْرَاهِيْمُ أَهُوَ مِنَ اللهِ أَمْ مِنَ الشَّيْطَانِ ) yang akhirnya kita kenal dengan yaumut tarwiyah.
Dalam hadits Nabi dinyatakan :
مَنْ صَامَهُ أُعْطِيَ مِنَ الأَجْرِ مَا لاَ يَعْلَمهُ إِلاّ اللهُ
”barangsiapa berpuasa pada hari tarwiyah maka dia akan mendapat pahala yang besar tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah “
Keesokan harinya pada tanggal 9 Dzil Hijjah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bermimpi lagi dengan mimpi yang sama. ( عَرَفَ إِبْرَاهِيْمُ أَنَّهُ مِنَ اللهِ ) yakinlah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bahwa mimpi itu benar-benar datang dari Allah SWT. Maka, tanggal 9 Dzil Hijjah kita sebut yaumu ‘Arafah.
Dalam hadits Nabi disebutkan :
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ ، فَقَالَ : (( يُكَفُِّر السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ))
“Bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang puasa ‘Arafah maka beliau menjawab :Barang siapa mau berpuasa pada hari Arafah maka Allah akan mengampuni dosanya satu tahun sebelum dan sesudahnya”
Ma’asyiral muslimin wa zumratal mukminin rahimakumullah.
Allahu Akbar 3X walillahilhamd.
Pada malam ketiganya Nabi Ibrahim bermimpi lagi dengan impian yang sama maka beliau bertekad untuk memenuhi nadzarnya yaitu menyembelih putra kesayangannya, maka pada hari pelaksanaannya disebut dengan “yaumun nahr“ hari pelaksaanan penyembelihan.
Kisah Qurban penyembelihan Nabi Ismail ‘alaihissalam oleh ayahandanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat asshoffat 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.
Hadirin jamaah ‘Iedul Adha yang dimulyaka Allah.
Yang namanya iblis selamanya tidak akan pernah diam melihat manusia akan melaksanakan ibadah menaati perintah Allah SWT, maka satu-persatu dari keluarga mulia ini digodanya, mulai dari dari Ibrahim ‘alaihissalam sebagai kepala keluarga, Siti Hajar ibu rumah tangga, lalu Isma’il sebagai anggota keluarga terakhir tak luput dari godaannya. Benteng ketaqwaan dan keshalihan yang kokoh dari seluruh anggota keluarga ini tak mampu dikoyak oleh Iblis laknatullahi ‘alaih.
Sungguh pelajaran yang sempurna dari Allah, bahwa setiap keluarga muslim pasti akan mendapatkan godaan Iblis laknatullahi ‘alaih, terkadang godaan itu lewat ayah, ibu atau bahkan lewat orang-orang yang kita sayangi yaitu anak-anak kita.
Semoga seluruh anggita keluarga mampu memetik pelajaran indah dan hebat dari kisah keluarga nabi Ibrahim ‘alaihim as salam, kita yang menjadi ayah semoga bisa menjadi seorang ayah yang demokratis, adil dan bijaksana sebagaimana Nabi Ibrahim yang mengajak putranya bermusyawarah untuk melaksanakan perintah besar dari Allah, para wanita yang ditaqdir oleh Allah menjadi ibu, semoga mampu meneladani Siti Hajar profil ibu rumah tangga yang mendukung,membantu dan mendo’akan suami dalam menaati perintah Allah, Yang saat ini masih anak-anak,remaja semoga bisa meniru keshalihan Isma’il yang dengan keimanan yang menancap kelubuk hati dan ketawaannya yang tinggi menjadikan ia sabar dan ikhlas untuk berbakti kepada orang tuanya sekalipun ia harus “dikorbankan” oleh Ayahnya sendiri demi mengikuti perintah Allah.
Bila sebuah keluarga sudah kuat maka Negara akan menjadi kuat dan hebat.
Pada ayat ke 103-108 kita dapat membaca secara runtut sejarah keteguhan pribadi Ibrahim dan Putranya Ismail ‘alaihimassalam dalam melaksanakan perintah Allah SWT:
103. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104. dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,
105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285].
108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian,
[1284] Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.
[1285] Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji.
Allahu Akbar 3X walillahil hamd.
Karena keikhlasan dan ketaqwaan yang betul-betul dari keluarga ini, akhirnya Allah SWT menebus (mengganti) nabi Ismail ‘alaihissalam dengan tebusan sembelihan yang besar, seekor kambing yang dibawa dari surga oleh malaikat Jibril. Malaikat Jibril bertakbir (Allahu Akar 3X) diteruskan oleh nabi Ibrahim (Lailaha illallahu Allahu Akbar) diakhiri oleh nabi Ismail (Allahu Akbar wa Lillahilhamd).
Betapa penting ajaran menyembelih hewan qurban dalam Islam sehingga Rasulullah saw dengan tegas mengatakan:
مَنْ وَجَدَ سَعَةً وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barangsiapa memiliki kemampuan,tetapi tidak mau menyembelih hewan qurban maka janganlah ia mendekati musholla kami.”
Dari tegasnya larangan Rasululah “ janganlah mendekati tempat sholat kami” sehingga sebagian ulama’ berpendapat bahwa menyembelih hewan qurban berhukum wajib atas mereka yang kaya, namun pendapat yang lebih kuat menyatakan hokum berkurban adalah sunnah muakkad.
Bila saat ini sebagian dari kita belum memiliki kemampuan berkorban mudah-mudahan tahun yang akan datang Allah memberi kita rizqi yang cukup untuk berkorban. Sebab pahalanya orang berkorban sangat besar sebagaimana diriwayatkan:
أنَّ دَاوُدَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمْ قَالَ : إِلَهِى مَا ثَوَابُ مَنْ ضَحَّى مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمْ ؟ ، قَالَ: ثَوَابُهُ أَنْ أُعْطِيَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ عَلَى جَسَدِهِ عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَأَمْحُوْ عَنْهُ عَشْرَ سَيِِّئَاتٍ وَأَرْفَعُ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ وَلَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ قَصْرٌ فِى الْجَنَّةِ وَجَارِيَةٌ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ وَمَرْكَبٌ مِنْ ذَوَاتِ الأَجْحَةِ .
“ Sesungguhnya Nabi Daud bertanya pada Allah? “ Ya Allah apa pahala umat Muhammad ‘alaihissholatu wassalam yang berkorban ?” Allah SWT menjawab : “ Pahala bagi orang berkorban adalah Allah akan memberi ganti satu helai bulu hewan korban dengan sepuluh kebaikan, dan Allah menghaps karenanya sepuluh kejelekan, mengangkat karenanya sepuluh derajat, dan setiap helai bulu korban akan diganti di akhirat dengan sebuah istana di surga dan satu bidadari yang amat jelita, dan satu hewan tunggangan yang bersayap”.
Sedangkan bagi yang mereka yang memiliki kemampuan berkorban tapi ia tidak mau berkorban sampai ia meninggal maka dikhawatirkan ia mati dalam keadaan suul khotimah, sebagaimana sabda Nabi SAW:
أَنّهُ قَالَ : (( مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ فَلَمْ يُضَحِّ فَلْيَمُتْ إِنْ شَاءَ يَهُوْدِيًّا وَإِنْ شَاءَ نَصْرَانِيًّا ))
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda : “barangsiapa memiliki kemampuan berkorban tapi ia tidak mau berkorban sehingga ia meninggal maka ia bisa meninggal dalam keadaan yahudi dan juga bisa dalam keadaan nasrani.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَن الرَّحِيْم . إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرْ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَاتْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرْ.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى القُرْآنِ الْعَظِيْمْ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم. اللهُ أَكْبَرْ 3X وَللهِ الْحَمْد
Khutbah Ke II
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ